Kamis, 27 Mei 2010

MELACAK KELUARGA RAWAN MELALUI KEDOKTERAN KELUARGA BERBASIS DASAWISMA PUSKESMAS MONGOLATO

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa usaha pengendalian penyebaran sebuah penyakit/wabah berawal dari keluarga. Sulitnya akses masyarakat ke sarana pelayanan kesehatan membuat usaha ini sering kali tidak berhasil. Berdasarkan pemikiran inilah maka didaerah Kabupaten Gorontalo dilaksanakan program Kedokteran Keluarga Berbasis Dasawisma. Program ini dicanangkan oleh bupati Gorontalo pada tahun 2008. Melalui Keputusan Bupati No. 280a tahun 2008. Konsep dasar dari penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Berbasis Dasawisma ini adalah Kepmenkes no. 279 tahun 2006 tentang Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas).
Salah satu puskesmas yang telah berhasil melaksanakan program Kedokteran Keluarga Berbasis Dasawisma adalah puskesmas Mongolato. Puskesmas Mongolato terletak di desa Mongolato, kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo. Di puskesmas yang di kepalai oleh seorang dokter senior Dr. H. Erna Lasabuda ini, tim Kedokteran Keluarga Berbasis Dasawisma (KKBD) dibagi menjadi 4 tim, yang masing anggotanya adalah 1 orang dokter/dokter gigi, 1 orang perawat, 1 orang sanitarian, 1 orang tenaga gizi dan1 orang bidan desa. Selain dari unsur-unsur tenaga kesehatan tersebut, program ini melibatkan unsur PKK. Jadi, tim yang telah dibentuk secara terpadu memberikan pelayanan secara komprehensif dan berkesinambungan kepada masyarakat.
Tujuan utama dari dilaksanakannya program ini sebenarnya adalah melacak secara dini adanya keluarga rawan dalam masyarakat. Keluarga rawan yang dimaksud disini adalah rawan dalam seluruh aspek, baik itu penyakit kronis, balita gizi buruk, ibu hamil resiko tinggi, lansia resiko tinggi ataupun masalah sanitasi lingkungan.
Di Puskesmas Mongolato, program ini dititikberatkan pada 3 desa yang dianggap paling banyak memiliki keluarga rawan. Yakni desa Pilohayanga, Pilohayanga Barat dan Dulohupa. Setiap bulan koordintor tim Dr. Imelda Mohamad menjadwalkan dasawisma-dasawisma yang akan dikunjungi. Akan dipilih dasawisma yang dianggap mempunyai masalah sesuai survey yang telah dilakukan sebelumnya oleh kader kesehatan di desa tersebut.
Kunjungan ke dasawisma biasanya dilakukan pada sore hari. Pemilihan waktu sore hari ini bukan tanpa alasan, waktu sore biasanya seluruh anggota keluarga telah berkumpul di rumah, jadi akan lebih mudah untuk menemukan adanya individu yang bermasalah. Pelayanan kesehatan yang dilakukan pada saat mengunjungi dasawisma adalah mengutamakan upaya preventif dan promotif tanpa menyampingkan kuratif dan rehabilitatif. Upaya tersebut meliputi :
Pelayanan konsultasi medis
Dilakukan oleh dokter keluarga terhadap inividu/keluarga yang memerlukan informasi tentang kesehatannya.
Selaku salah satu dari tim dokter kami sering mendapat pertanyaan-pertanyaan dari anggota dasawisma yang kami kunjungi. Pertanyaan mereka biasanya seputar anak balita yang malas makan, mengenai keluhan kesehatan seperti “saya sering sakit kepala dok, apakah pasti saya sakit darah tinggi?”, atau “makanan yang bagus agar saya tidak sakit gula apa ya dok?”
Disinilah peran dokter dalam tim KKBD untuk memberikan informasi kesehatan.

Pelayanan pemeriksaan dan pengobatan pasien
Kadang kala pada saat megunjungi satu keluarga kami menemukan ada anggota keluarga yang sedang sakit. Salah satu contoh bulan April 2010 tim Dr. Ashari Makmur mengunjungi dasawisma 4 desa Pilohayanga dan menemukan seorang individu yang menderita luka di kaki kanannya dialami sejak 1 bulan yang lalu tetapi tidak kunjung sembuh. Dari anamnesis yang dilakukan ternyata individu ini menderita DM. Pengobatan segera dilakukan ditempat. Tenaga gizi yang ikut dalam tim segera memberikan petunjuk kepada individu tersebut tentang bagaimana cara mengatur diet yang baik bagi penderita DM.

Pelayanan KB dan Imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, bayi dan balita.
Pelayanan KB bila ditemukan PUS yang memerlukan pelayanan KB demikian pula bila ada bayi yang belum diimunisasi diberikan imunisasi. Disamping itu pelayanan kedokteran keluarga ini sangat membantu dalam penemuan ibu hamil, bayi dan balita beresiko tinggi.

Pelayanan gizi
Dilakukan oleh tenaga gizi dalam anggota tim. Sangat bermanfaat untuk mendeteksi status gizi balita sebelum masuk dalam kategori gizi buruk.

Keluarga rawan yang ditemukan pada saat kunjungan dasawisma tersebut kemudian dicatat dalam format-format yang telah disiapkan. Dan data ini kemudian akan dilaporkan setiap bulannya ke dinas kesehatan kabupaten.
Tindak lanjut dari intervensi yang telah dilakukan pada keluarga rawan ini akan di follow up dan dievaluasi pada tiga bulan berikutnya. Apakah ada perubahan pada pola tingkah laku individu yang bermasalah atau perlu dilakukan intervensi lebih lanjut.
Sejauh ini program Kedokteran Keluarga Berbasis Dasawisma di Puskesmas Mongolato sangat dirasakan manfaatnya. Banyak individu-individu yang menderita penyakit kronis seperti TB paru dapat dideteksi secara dini dan sekarang dalam perawatan puskesmas mendapatkan OAT.
Selain itu, dalam masalah sanitasi lingkungan, ditemukan ada beberapa fasilitas MCK yang digunakan oleh warga telah rusak dan tidak memenuhi syarat sanitasi lagi. Tim KKBD memberikan stimulus, memancing swadaya masyarakat agar mereka tidak hanya diam menunggu bantuan dari pemerintah. Dan alhamdulillah usaha ini berhasil, beberapa Kepala Keluarga (KK) dipelopori oleh tim KKBD melakanakan swadaya bersama-sama memperbaiki MCK yang ada. “Sambil menunggu bantuan dari pemerintah, sedikit demi sedikit, toh ini untuk kami juga” kata salah seorang warga.

(Dr. Imelda Mohamad – Puskesmas Mongolato)

Rabu, 05 Mei 2010

TINDAK LANJUT SURVEY PENGADUAN MASYARAKAT THN 2009 PUSKESMAS MONGOLATO

DINAS KESEHATAN KABUPATEN GORONTALO
PUSKESMAS MONGOLATO

Limboto , Agustus 2009

REKOMENDASI PERBAIKAN PELAYANAN
(TINDAK LANJUT PENGADUAN MASYARAKAT)

Kepada Yth.,
Bapak Bupati Gorontalo
di .-
Gorontalo


Dengan Hormat,

Selama pelaksanaan Survei Pengaduan Masyarakat terhadap kinerja pelayanan Puskemas Mongolato pada tanggal 14 juli – 21 juli 2009, sejumlah 1.035 anggota masyarakat telah berpartisipasi mengisi dan mengembalikan kuesioner dari sejumlah 1.050 kuesioner yang disebarkan (terlampir: TABEL REKAPITULASI PENGADUAN MASYARAKAT).

Kami (Kepala Puskemas Mongolato dan seluruh Staf) telah membahas dan menentukan upaya-upaya perbaikan untuk menanggapi pengaduan masyarakat tersebut. Kami telah membuat ”Janji Perbaikan Pelayanan”, dan telah mengumumkannya kepada masyarakat (terlampir).

Dalam proses analisis sebab-sebab dan alternatif penyelesaian masalah pengaduan yang telah dilaksanakan pada tanggal; 31 juli 2009 samapai dengan tanggal 1 Agustus 2009, kami juga mengidentifikasi beberapa sebab yang tindakan-tindakan perbaikannya berada di luar kewenangan dan kemampuan kami di Puskesmas Mongolato. Untuk itu kami memerlukan dukungan dan keputusan dari Bapak Bupati Gorontalo.

Dengan hormat kami menyampaikan beberapa sebab yang berada di luar kewenangan dan kemampuan kami tersebut sebagai berikut:

1. Sejumlah 797 responden mengadukan tentang ‘Tidak adanya fasilitas air minum di ruang tunggu”, Hal ini disebabkan antara lain:]

1.1. Dispenser kurang.
1.2. Penempatan fasilits air minum yang kurang tepat.
1.3. Biaya untuk pengisian gelon air si ulang tidak ada.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

1.3.1. Dinas Kesehatan perlu menganggarkan anggaran untuk air isi ulang gelon dan pengadaan aqua gelas.

2. Sejumlah 780 responden mengadukan tentang “Tidak ada dokter specialis”, Hal ini disebabkan antara lain:

2.1. Dokter spesialis di Gorontalo terbatas.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :
2.1.1. Pemerintah daerah perlu melakukan Penambahan dokter specialis di Gorontalo
2.1.2. Pemerintah daerah memberikan beasiswa kepada dokter yang ingin melanjutkan pendidikan dokter spesialis.

3. Sejumlah 765 responden mengadukan tentang“Tidak ada petugas keamanan di lingkungan Puskesmas”, Hal ini disebabkan antara lain:

3.1. Tidak ada anggaran untuk membayar petugas keamann.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

3.1.1. Pemerintah Daerah perlu menganggarkan untuk membiayai petugas keamanan.
3.1.2. Pemerintah Daerah mengangkat petugas keamanan.

4. Sejumlah 366 responden mengadukan tentang “Tenaga perawat kurang ”, Hal ini disebabkan antara lain:

4.1. Pengangkatan tenaga perawat terbatas.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

4.1.1. Pemerintah Daerah menambah formasi pada Pengangkatan tenaga perawat .
4.1.2. Pemerintah Daerah memberikan beasiswa kepada tenaga magang untuk mengikuti pendidikan perawat.

5. Sejumlah 258 responden mengadukan tentang “Belum ada fasilitas USG”, Hal ini disebabkan antara lain:

5.1. Tidak ada pengadaan alat USG.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

5.1.1. Pengadaan anggaran alat USG dan pelatihan operator alat USG.

6. Sejumlah 248 responden mengadukan tentang “Lampu di Puskesmas sering padam”, Hal ini disebabkan antara lain:

6.1. Jadwal pemadaman listrik bergilir.
6.2. Tidak ada dana operasional untuk pengadaan BBM untuk genset di Puskesmas.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

6.1.1. Pemerintah daerah perlu melakukan koordinasi dengan PLN tentang pemadaman lampu.
6.2.1. Dinas Kesehatan perlu menganggarkan BBM untuk Puskesmas yang memiliki genset.

7. Sejumlah 214 responden mengadukan tentang “Tenaga Bidan Kurang”, Hal ini disebabkan antara lain:

7.1. Pengangkatan tenaga Bidan terbatas.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

7.1.1. Pemeritah Daerah perlu menambah formasi untuk pengangkatan tenaga Bidan.
7.1.2. Pemerintah Daerah perlu meningkatkan tunjangan untuk bidan.

8. Sejumlah 206 responden mengadukan tentang “Sarana Ruang inap tidak memadai”, Hal ini disebabkan antara lain:

8.1. Ruangan rawat inap terbatas.
8.2. Ruangan rawat inap rusak.
8.3. Jumlah tempat tidur kurang.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

8.1.1. Pemerintah daerah menganggarkan Penambahan ruangan Rawat Inap.
8.2.1. Menganggarkan Rehab ruangan rawat inap yang rusak.
8.3.1 Pemerintah daerah menganggarkan pengadaan tempat tidur pasien rawat inap.

9. Sejumlah 165 responden mengadukan tentang ‘Petugas waktu sore kurang”, Hal ini disebabkan antara lain:

9.1. Kurangnya tenaga perawat.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

9.1. Pemerintah Daerah menambah formasi untuk Pengangkatan tenaga kesehatan.

10. Sejumlah 134 responden mengadukan tentang “Stok tabung oksigen dan isinya masih kurang”, Hal ini disebabkan antara lain:

10.1. Tidak ada anggaran untuk pengisian tabung oksigen.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

10.1.1. Pemerintah Daerah perlu memperhatikan usulan dari Puskesmas untuk mempercepat pencairan dana Jamkesmas.

11. Sejumlah 121 responden mengadukan tentang “Dokter sering tidak di tempat”, Hal ini disebabkan antara lain:

11.1. Kurangnya tenaga dokter di Puskesmas.
11.2. Kurangnya insentif untuk dokter.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

11.1.1. Untuk pengangkatan CPNS Pemerintah daerah perlu menambah formasi dokter.
11.1.2. Pemerintah daerah perlu mengadakan penambahan dokter kontrak (PTT).
11.2.1. Pemerintah daerah perlu memperhatikan penambahan insentif untuk dokter.

12. Sejumlah 121 responden mengadukan tentang “petugas sering acuh tak acuh terhadap pasien yg membutuhkan pelayanan cepat”, Hal ini disebabkan antara lain:

12.1. Petugas Puskesmas kurang disiplin dan kurang memahami tugas pokok dan fungsi.
12.3.Kurangnya kesejahteraan petugas Puskesmas(Insentif Petugas Puskesmas rawat inap).

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

12.1.1. Pemerintah Daerah perlu menganggarkan untuk pendidikan dan pelatihan kepada petugas tentang pelayanan publik.
12.1.2. Pemerintah Daerah perlu menganggarkan untuk kegiatan study banding untuk petugas Puskesmas.
12.2.1. Pemerintah Daerah Menganggarkan anggaran untuk meningkatkan kesejahteraan khususnya petugas pada Puskesmas Rawat Inap.

13. Sejumlah 104 responden mengadukan tentang “Lingkungan Puskesmas sering kotor”, Hal ini disebabkan antara lain:

13.1. Tenaga cleaningservis kurang.
13.2. Honor cleaningservis kurang.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

13.1.1. Pengadaan tenaga Cleaning Servis di Puskesmas.
13.2.1. pengadaan honor Cleaning Servis yang memadai.

14. Sejumlah 64 responden mengadukan tentang “Pasien Rawat Inap tidak mendapat ransum / makanan”, Hal ini disebabkan antara lain:

14.1. Tidak ada anggaran untuk ransum pasien umum rawat inap.
14.2. Tidak ada biaya untuk juru masak.

Untuk mengatasi hal tersebut, kami merekomendasikan antara lain sebagai berikut :

14.1.1. Pemerintah Daerah perlu memnganggarkan biaya untuk ransum pasien umum di rawat inap.
14.2.1. Pemerintah Daerah perlu menganggarkan biaya honor juru masak dan biaya pembelian bahan makanan.

Mohon kebijakan dan keputusan Bapak Bupati Gorontalo untuk masalah-masalah tersebut di atas. Kami sangat senang bila mendapat kesempatan untuk membantu Bapak Bupati Gorontalo membahas berbagai kemungkinan penyelesaian masalah atas pengaduan masyarakat tersebut.

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian Bapak dalam mendukung upaya perbaikan pelayanan yang sedang dan akan kami lakukan, kami sampaikan terima kasih.


Kepala Puskesmas Mongolato

Dr. Hj. ERNA LASABUDA
NIP : 195504161987102 001


Tembusan kepada Yth.:

1. Ketua DPRD Kabupaten Gorontalo;
2. Ketua Asosiasi BPD Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo;
3. Harian Surat Kabar Gorontalo Post ;
4. Papan Informasi di Puskesmas Mongolato (untuk diketahui oleh masyarakat),
5. Arsip.

STUDI MANAJEMEN LOGISTIK OBAT DI PUSKESMAS MONGOLATO KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO TAHUN 2009

Skripsi ini Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh
Karlin Ui
255102


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur sepatuhnya di ucapkan kepada Allah SWT, Sang pengampun bagi orang-orang yang mau bertaubat. Pemberi nikmat walaupun tidak pernah mengharapkan balasan. Pengasih dan penyayang bagi orang yang bernaung atas nama cintanya. Sang pemberi inspirasi bagi yang mau berfikir, dengan hidayahnya Skripsi ini dapat diselesaikan dengan segala keterbatasan dan kekurangan.
Terhaturkan salam pada Nabi Muhammad SAW, sang pemimpin besar revolusi dan penggagasan demokrasi dunia yang mampu mengubah paradikma Jahiliyah modern dengan pandangan prospektif, disegani dan disenangi baik kawan maupun lawan.
Berhasilnya penyusunan proposal ini tak lepas dari dukungan dan saran kritik dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankan penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dengan menghaturkan penghargaan kepada Ibu Juwita Suma, SKM selaku pembimbing I, Ibu Sylva Flora NT Tarigan, SH, M,kes selaku pembimbing II dan Ibu Hartati Inaku SKM, M,kes Terima kasih atas segala bantuan yang tulus ikhlas serta penuh kesabaran dalam membimbing dan mengarahkan penulis, serta limpahan ilmu yang tiada pernah ternilai.
Terima kasih yang tak terhingga pula kepada Orang tua penulis Papa tercinta Karim Ui yang bagi penulis adalah ksatria yang slalu melindungi kami anak-anakmu kapan saja, begitu sabar dan bijaksana dalam menghadapi masalah yang ada, tawamu seolah menyembunyikan beban yang kau tanggung dan Mama tercinta Mariyani Bilondatu walaupun aku tidak bisa merasakan hangatnya pelukanmu tapi dengan hadirnya engkau dalam setiap hariku aku sudah cukup bahagia melihat wajahmu yang masih tersenyum dibalik sakit yang kau derita. Dan mereka telah mengadaptasikan dunia terhadapku, kebijakan dan kasih sayang. Mengajariku hakikat hidup dengan kemandirian, mengajariku bangun disaat terjatuh, melarangku berteriak disaat susah, menunjukan cara berbagi disaat memiliki, dan membekaliku religi di saat manusia bangga dengan keangkuhannya yang memiliki dunia dengan ilmunya begitu juga dengan Abang tersayang Kamarudin Ui yang selalu memberikan motivasi serta dorongan baik moril maupun materil kepada adiknya dan buat kedua adik tersayang Kamaria UI dan Kurniawan UI, dan Ibuku yang tercinta Rukni babay yang slalu mendoakan dan memberikan dukungan serta motivasi, and my Love big family bapu, nene, bibi ika, Om trie, Hemas, Kirana, Wenang, Ta Lina, Ta Anti, Rosma, K ian, Yudin Tidak lupa pula buat best friend penulis Istina SKM, Widya SKM, Yuli SKM, Maya SKM, Lhan SKM, Vivin, Echynk, Mery, Zul, K Brandes, didit dan Ucapan terima kasih kepada Almamater Tercinta Universitas Gorontalo dan teman-temanku Angkatan AKK/EPID 2005 FKM-UG serta semua teman-teman mahasiswa FKM-UG yang telah banyak membantu, the last for My Lovely Briptu Idewa Gede eko wiraatmaja yang tak bosan-bosannya memberikan semangat serta dukungan dan motivasi buat penulis.
Terselesainya proposal ini juga karena adanya referensi pendukung,oleh karena peneliti sangat berterima kasih pada para pakar penulis buku (sebagaimana yang telah tercantum pada daftar pustaka) yang telah saya plagiat lewat “modifikasi” bahasa sedemikian rupa baik secara langsung maupun tidak langsung. Tanpa dukungan konsep teoritik mereka peneliti akan sangat mendapat kesulitan. Peneliti juga berterima kasih kepada :
Bpk Dr Mas`ud Idris selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo. Ibu Hartati Hanapi SKM selaku Ketua Program Studi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Gorontalo.Seluruh dosen FKM UG yang banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan buat penulis selama kuliah di Fakultas Kesehatan Masyrakat.Seluruh pegawai FKM UG terspecial buat bunda Tati Mbala, S.Ag, Bpk. Ahyar Biongan, SE. Dan Ibu Iyam,S.Kom.
Kapala Puskesmas Mongolato Erna Lasabuda yang telah mngizinkan penulis untuk penelitian di Puskesmas Mongolato dan petugas gudang farmasi Fathiya S farmasi yang slalu dengan setia membantu penulis saat penelitian.
Kepala Kantor Satuan Bangsa dan Politik kabupaten Gorontalo yang telah sudi memberikan rekomendasi buat si penulis.
Teman-teman seperjuangan posko Pengalaman Belajar Lapangan Desa Dutohe serta teman-teman Patihe dan teman-teman posko Kuliah Kerja Pengabdian di Desa Ombulo.
Skripsi ini merupakan kontenplasi awal dari proses berdialektasi penulis dengan dunia akademik. Sehingga pembaca yang sangat akrab dengan dunia penelitian akan mudah melihat kelemahan penulis ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik yang bersifat konstruktif sebagai langkah menuju kesempurnaan. Akhir kata semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Semoga amal perbuatan dan ibadah kita semua dapat diterima oleh ALLAH SWT. Amin
Gorontalo, Februari 2010

Penulis

ABSTRAK
STUDI MANAJEMEN LOGITIK OBAT DI PUSKESMAS MONGOLATO
KECAMATAN TELAGA KABUPATEN GORONTALO
TAHUN 2009

KARLIN UI
2551026

Latar Belakang: Untuk Mengetahui sejauh mana sistem manajemen logistik obat yang meliputi Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, dan Penghapusan obat yang ada di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo karena proses Manajemen sangat berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan khususnya pada pelayanan obat.
Tujuan Penelitian: Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sistem manajemen obat yang ada di Puskesmas Mongolato yang meliputi Perencanaan,Pengadaan,Penyimpanan,Pendistribusian, dan Penghapusan.
Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Kwalitatif yaitu untuk mengetahui lebih mendalam Manejemen Logistik obat di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo. Teknik pengolahan menggunakan analisis isi.
Hasil dan Pembahasan: Hasil dan Pembahasan dari penelitian ini antara lain 1). Perencanaan obat yang ada di Puskesmas Mongolato sudah memenuhi tahap-tahap atau metode-metode yang sesuai dengan perencanaan yang semestinya, tetapi pengorganisasiannya tidak tersruktur bahkan tenaga ahli Apoteker tidak ada serta pada tahap pemilihan obatnya pun belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik dan statistik. 2). Pengadaan obat yang ada di Puskesmas Mongolato yaitu obat langsung di ambil di Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Pengadaannya sudah sangat baik karena sudah memenuhi standar pengadaan obat, yang sesuai dengan peraturan pemerintah di masing-masing instalasi Farmasi. 3) Penyimpanan obat yang ada di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo sudah dilakukan sesuai dengan semestinya, misalnya pada tahap penyusunan, pemisahan serta keadaan gudang sudah sesuai dengan semestinya akan tetapi kardus bekas obat tersebut masih berserakan di Gudang tempat penyimpanan obat. 4). Pendistribusian obat yang ada di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo sebagiannya sudah berjalan dengan baik tetapi pada penyerahan di Puskesmas-puskesmas pembantu belum sesuai dengan peraturan DEKES RI karena kurangnya tenaga dan jumlah dana yang belum tersedia,hal ini juga terjadi di Instalasi Farmasi dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. 5). Penghapusan di Dinas kesehatan belum berjalan dengan baik hal ini dikarenakan bahwa tidak adanya biaya serta alat untuk memusnahkan obat tersebut.
Simpulan: Dari hasil penelitian yang ada di Puskesmas Mongolato dapat di simpulkan bahwa Manajemen logistik obatnya belum terlalu maksimal dan dapat disarankan supaya dapat memperbaikinya kearah yang lebih bagus agar sistem manejemen logistik obat dapat sesuai apa yang diharapkan kedepan.

Kata kunci: Manajemen Logistik Obat, Puskesmas Mongolato
ABSTRACT

MANAGEMENT LOGISTIC STUDY MEDICINE IN MEDICAL CENTRE MONGOLATO OF REGENCY OF GORONTALO
2009

KARLIN UI
2551026
Background: To know far system management medicine which Planning, Levyng, Distribution and drug of exist in Medical centre Mongolato of Regency Gorontalo, because management procces very having an effect on to health service specially at drug service.
Target: In this research aim to know how far system management medicinize exist in installation of warehouse in Medical centre of regency Gorontalo covering Planning, Levying, Distribution and,
Research Method: This Research Type is Qualitative that is to know more circumstantial Management Medicinize exist in Medical centre of Regency Gorontalo. Technique of data processing use analysis fill
Result of and Discution: Result from this research for example 1). Planning medicinize exist in Medical centre have fullfilled the phase or metode-metode matching with Planning which semestinya, but Organisation not yet structure even spesialist Apoteker with at its election phase not yet used the phase select the is urudite of sis end statistic. 2). Levying medicine exist in Medical Centre Mongolato namely medicine is direct take in oficial health of regency Gorontalo, levying is have very good because have standart fiil Levying medicine that aggree with roles in each Instalation Pharmacy . 3). Storage drug in Medical Centre Mongolato have aggree with should, for example at dissociation phase, compilation phase and also warehouse aggree with but box recetacple drug mentioned still a hurry in warehouse place storage drug. 4). Distribution medicineze excist in Medical Centre Mongolato part some have walked according to proccedur better, but at its delivery clinic’s halper not aggree with roles DEPKES RI because untli expert and quantity fund not yet available, this matter also happened in Instalation Pharmacy on Duty health of Regency Gorontalo. 5). Wiping out on Duty Health of Regency Gorontalo not yet run with kaind, this matter because dont that exisctance expense with intrument for destroyed medicinize mentioned.
Conclution : From research result of exist in Medical Centre Mongolato that its management not yet too maximal and can be suggested so that can improve repair it toward nicer so that tobe its system management earn matching with the expectation to the fore.


Keyword: Management Logistic Drug, of Medical Centre Mongolato.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN SAMPUL DALAM ...................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ................................................... v
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... x
ABSTRACT ....................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ................................................................................. 7
BAB II KAJIAN KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka ....................................................................................... 8
a. Perencanaan Kebutuhan ................................................................... 10
b. Penganggaran ................................................................................... 12
c. Pengadaan ......................................................................................... 13
d. Penyimpanan .................................................................................... 14
e. Pendistribusian ................................................................................. 18
f. Penghapusan ..................................................................................... 19
B. Kerangka Berpikir ................................................................................. 20
C. Uraian Kerangka Konsep ...................................................................... 22
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 24 B. Desain penelitian .................................................................................. 24
C. Informan ............................................................................................... 24
D. Tekhnik Pengumpulan Data .................................................................. 25
E. Pengolahan dan penyajian Data ........................................................... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A . Gambaran Umum Lokasi ..................................................................... 28
B. Hasil Penelitian ..................................................................................... 31
C. Pembahasan .......................................................................................... 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 51
B. Saran ..................................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional di arahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan tersebut, salah satu diantaranya yang mempunyai peranan yang cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan.
Kegiatan pelayanan kesehatan telah di laksanakan sampai pada masyarakat dipedesaan, baik pelaksanaan yang bersifat kuratif maupun preventif. Dalam Undang-Undang kesehatan nomor 23 tahun 1992 pelayanan Kesehatan di Indonesia dibedakan atas puskesmas, rumah sakit, praktek dokter spesialis, praktek dokter umum, praktek dokter gigi, praktek bidan, poliklinik dan balai pengobatan. (Azwar, 1996). Salah satu unit pelayanan kesehatan yang utama adalah puskesmas, dimana puskesmas adalah unit pelaksanaan tekhnis dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan, diselenggarakan melalui usaha-usaha penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih luas dan merata bagi seluruh masyarakat dimana salah satu program pelayanan kesehatan yang bersifat upaya pengobatan ( kuratif ) membutuhkan logistik seperti obat-obatan untuk kegiatan pelayanan kesehatan baik di puskesmas maupun pusksemas pembantu. Sasaran Keluaran Pembangunan Kesehatan Tahun 2008 terdiri dari 22 poin diantaranya adalah : Meningkatnya cakupan pemeriksaan sarana produksi dalam rangka Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) yang mencakup 45%. Pengarahan pembangunan kesehatan pada Tahun 2008 terdiri dari 6 poin yang salah satunya diarahkan pada peningkatan ketersediaan Obat Generik esensial, pengawasan obat, makanan dan keamanan pangan, melalui peningkatan ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan, peningkatan pengawasan obat penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA), Pengadaan Sarana dan Prasarana BPOM dan peningkatan SDM. Melihat betapa pentingnya peranan obat dalam pelayanan kesehatan, maka perlu adanya fungsi manajemen yang baik yaitu Perencanaan, pengnggaran, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Penghapusan. Apabila fungsi manajemen itu tidak berjalan dengan baik maka pencapaian tujuan tidak tercapai dengan optimal.
Obat merupakan komponen esensial dari pelayanan kesehatan oleh sebab itu diperlukan suatu sistem manajemen yang baik dan berkesinambungan. Dalam pelayanan kesehatan obat merupakan salah satu alat yang tidak dapat tergantikan. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan institusi pelayanan kesehatan publik maupun swasta, karena kekurangan obat di sarana kesehatan dapat berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap institusi kesehatan, serta dapat menurunkan semangat kerja staf pelayanan kesehatan.
Dinegara berkembang anggaran belanja obat merupakan anggaran kedua yang terbesar setelah gaji, yaitu sebesar 40% dari segala annggaran unit pelayanan kesehatan. Menurut Depkes secara nasional biaya untuk obat sekitar 40-50% dari seluruh biaya operasional kesehatan, sehingga ketidakefisien dalam pengelolaan obat berdampak negatif baik secara medis maupun secara ekonomis.
Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999, yang mengatur Kewenangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah serta UU No 25 Tahun 2002 yang mengatur tentang pertimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerahnya, maka keputusan-keputusan untuk menentukan suatu kebijakan obat di daerah, tergantung pada daerah itu sendiri (Sunarsih, IM).
Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato di bawah tanggung jawab Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Puskesmas Mongolato bertanggung jawab manajemen perbekalan kesehatan yang meliputi Perencanaan, Pengadaan, Penyimpanan, Pendistribusian, Penghapusan. Instalasi ini mempunyai wilayah kerja pada 8 Puskesmas Pembantu yang tersebar di Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, Keberadaan Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato ini mempuyai peranan penting dalam pelayanan obat di Puskesmas Mongolato itu sendiri dan Puskesmas-puskesmas pembantu lainnya, Oleh sebab itu proses Manajemen sangat berpengaruh terhadap pelayanan obat di Puskesmas dan di Puskesmas pembantu, karena sampai sekarang ini ada beberapa Puskesmas pembantu yang merasakan sistem menajemen yang ada di instalasi Gudang farmasi Puskesmas Mongolato belum berjalan dengan baik, karena masih terjadi keterlambatan dan jumlah obat yang tidak sesuai dengan jumlah kunjungan pasien yang datang di puskesmas pembantu.
Di instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato keterlambatan Laporan Pemakaian dan Lembar Penerimaan Obat (LPLPO) akan mempengaruhi jadwal Perencanaan, Pendistribusian, Pengadaan obat yang telah di tetapkan, selain itu keterbatasan dana dan alat transportasi sangat kurang sehingga akan berdampak pada sistem manajemen yang ada di instalasi Gudang Farmasi di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, selain itu sering terjadi Penyimpangan obat akibat kurangnya ketersediaan jenis obat dan jumlah obat.
Sesuai data yang diperoleh di instalasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo tahun 2008 dari Januari-Desember alokasi dana sebesar 305.293.866 dengan berdasarkan obat, satuan obat, kemasan obat, harga PPN dan volume obat (Sumber : Skripsi Hariadi Baaman, SKM tahun 2009).
Puskesmas mongolato Dalam merencanakan obat, tidak ada perencanaan khusus, hanya sesuai dengan perkiraan apabila obat habis, petugas langsung meminta di Gudang obat Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Ini sangat berdampak pada manajemen Puskesmas Mongolato karena tidak di buatkan kompilasi atau analisa untuk di usulkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten. beberapa dokter yang ada di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo sering mengeluh tentang kurangnya obat di Puskesmas Mongolato hal ini dikarenakan Tidak ada penganggaran Khusus dari Puskesmas Mongolato karena obat hanya langsung di minta di Gudang obat dinas kesehatan Kabupaten, ini juga berdampak pada Puskesmas Mongolato dan Puskesmas pembantu karena pada pertengahan bulan ke atas atau tanggal 20 sampai tanggal 5 sudah kehabisan obat-obat tertentu sehingga Puskesmas pembantu atau Puskesmas tidak dapat memberikan pelayanan yang optimal dan apabila Obat di Puskesmas Mongolato terdapat yang kadarluarsa atau expire date maka segera di kembalikan langsung di Gudang obat Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, yang bertugas memusnahkan obat yang sudah kadaluarsa, akan tetapi kenyataan yang ada dari tahun 2006 sampai sekarang belum melakukan pemusnahan obat, hal ini di karenakan tidak adanya biaya dan alat untuk memusnahkan obat. Pendistribusiannya ke Puskesmas pembantu, Puskesmas-puskesmas pembantu meminta obat dengan lembar permintaan obat, sedangkan proses pendistribusiannya tidak sesuai dengan aturan DEPKES RI yang mana penyerahan dan pengiriman barang ke puskesmas adalah tanggung jawab dari Instalasi Farmasi, hal ini terjadi karena kurangnya tenaga di gudang farmasi puskesmas Mongolato maupun gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, serta minimnya dana yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Dari uraian tersebut diatas maka penelitian ini akan melihat variabel yang berkaitan dengan pelaksanaan manajeman logistik (perencanaan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penghapusan) di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
B. Rumusan Masalah
Dari uraian pada latar belakang maka dikemukakan permasalahan yakni “bagaimana study pelaksanaan manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2009”
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas, dapat dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2009.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan perencanaan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
b. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan penganggaran obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
c. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pengadaan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
d. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan penyimpanan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
e. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan pendistribusian obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo 2009
f. Untuk mendapatkan informasi pelaksanaan penghapusan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tahun 2009
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini di harapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan terutama berkaitan dengan pelaksanaan fungsi manajemen logistik serta menjadi bahan bacaan bagi peneliti berikutnya di mana yang akan datang.
2. Manfaat bagi program pelayanan kesehatan
Hasil penelitian ini di harapkan menjadi salah satu masukkan bagi Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo dalam penentuan arah kebijakan menyangkut manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman yang sangat berharga dalam rangka memperluas wawasan keilmuan dan mencoba mengkaji manajemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka
1. Manajemen
Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengatur. Pengatur dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urut dari fungsi-fungsi manajemen itu. Jadi manajemen merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yg di inginkan.(SP. Hasbuan, 2001) Menurut george R tery. Mnajemen adalah proses sesuatu atau yang khas yang terdiri dari tindakan2 planning, actuating, controling, dimana pada bidang digunakan baik ilmu pengetahuan maupun keahlian dan yang diikuti secara berurutan dalam rangka usaha mencapai sasaran yang telah ditetapkan.
Manajemen kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan non petugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. (Azrul sAzwar). Menurut H. Koonzs Donnel manjemen berhubungan dengan pencapaian suatu tujuan, yang dilakukan melalui orang lain. Dalam defenisi ini manajemen di titik beratkan pada usaha memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka orang-orang dalam organisasi harus jelas wewenang, tanggung jawab dan tugas pekerjaan. Manejemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manejemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat yang menjadi obyek atau sasaran
Manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat. ( Notoatmodjo Soekidjo 1996).
Manajemen mempunyai tujuan tertentu dan tidak dapat diraba. Ia berusaha untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang biasanya diungkapkan dengan istilah objectivitas atau hal-hal nyata. Mungkin manajemen dapat digambarkan sebagai tidak nyata, karena tidak dilihat, tetapi hasil kerja yang lainnya saling berkaitan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi.
2. Manajemen Logistik
Istilah Logistik rumah sakit dan puskesmas masih merupakan istilah yang belum lazim digunakan, sehingga dapat dipahami jika hal ini menimbulkan persepsi yang bermacam-macam, dari lingkungan militer yang lebih banyak menekankan pada masalah perbekalan, yang menyangkut bahan operasional yang sifatnya habis pakai tetapi tidak termasuk dalam kategori peralatan, persenjataan maupun perlengkapan. Tujuan dari manajemen logistik adalah tersedianya bahan logistik setiap saat dibutuhkan, baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan secara efisien.
Ketersediaan setiap saat dibutuhkan ini sering dirancukan dengan istilah Just In Time, yang sebenarnya adalah salah satu metode untuk mengendalikan penyediaan bahan dalam proses produksi sesuai pentahapannya.
Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan, untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai, menjadi sangat sederhana, yaitu dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang mengganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi. Menurut Hartono (2004) manejemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan yakni :
a. Perencanaan Kebutuhan
Fungsi perencanaan ini pada dasarnya adalah menghitung berapa besar kebutuhan bahan logistik yang diperlukan untuk periode waktu tertentu, biasanya untuk satu tahun. Menurut Hartono ( 2004 ) ada dua cara pendekatan yang digunakan dalam perencanaan kebutuhan obat, yaitu :
1). Dengan mengetahui atau menghitung kebutuhan yang telah dengan nyata dipergunakan dalam periode waktu yang lalu :
a). Jumlah sisa/persediaan pada awal periode.
b). Jumlah pembelian pada periode waktu.
c). Jumlah bahan logistik yang terpakai selama periode.
d). Jumlah sisa bahan logistik pada akhir periode
e). Membuat analisis efisiensi penggunaan bahan logistik, dikaitkan dengan kinerja yang dicapai.
f). Membuat analisis kelancaran penyediaan bahan logistik, misalnya frekuensi barang yang di minta “habis” atau tidak ada persediaan, jumlah barang yang menumpuk, serta penyebab terjadinya keadaan tersebut.
Metode ini sering disebut dengan metode konsumsi, yaitu melihat besarnya penggunaan periode lalu.
2). Dengan melihat program kerja yang akan datang :
a). Membuat analisa kebutuhan untuk dapat menunjang pelaksana kegiatan pada periode waktu yang akan datang, yang berorientasi kepada program pelayanan, pola penyakit, target kinerja pelayanan
b). Memperhatikan kebijakan pimpinan mengenai standarisasi bahan, ataupun kebijakan dalam pengadaan. (Untuk obat misalnya ada formalarium, untuk pengadaan di RS dan puskesmas milik Pemerintah diatur oleh Keppres
c). Menyesuaikan perhitungan dengan memperhatikan persediaan awal, baik meliputi jenis, jumlah maupun spesifikasi bahan logistik.
d). Memperhatikan kemampuan gudang tempat penyimpanan barang metode ini sering diistilahkan dengan metode epidemiologi
Dalam perhitungan dilapangan, biasanya kedua metode ini dipergunakan secara simultan dalam arti untuk saling melengkapi. Keracunan yang sering terjadi adalah istilah perencanaan kebutuhan disamakan dengan perencanaan pengadaan, karena keduanya memang membuat perhitungan kebutuhan, hanya tujuannya berbeda.
Perhitungan kebutuhan diatas dilaksanakan secara berjenjang dan bertahap yaitu dimulai dari unit / satuan kerja terkecil, kemudian sesuai dengan hierarki diteruskan keatas melalui bidang /bagan untuk dikompilasi dan dianalisa, menjadi suatu usulan /rencana kebutuhan rumah sakit atau puskesmas. Kebutuhan tadi dibuat dalam bentuk matriks sehingga terlihat besar kebutuhan perjenis barang dan kapan harus disediakan (alokasi jumlah dan waktu)
b. Penganggaran
Fungsi berikutnya adalah menghitung kebutuhan diatas dengan harga satuan ( dapat berdasarkan harga pembeli waktu yang lalu atau menurut informasi yang terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistik tersebut. Karena bahan logistik itu beraneka ragam jenis dan sifatnya, maka pengalokasian dalam rencana anggaranpun biasanya terintegrasi dalam berbagai mata anggaran. Mengingat bahwa bahan farmasi, obat-obatan dan alat medis habis dipakai merupakan hal yang vital dalam pelayanan, dan mendapat porsi yang cukup besar dalam penyediaan anggaran,maka pendalaman mengenai pengendalian bahan farmasi di rumah sakit dan puskesmas akan mendapat porsi yang lebih banyak dalm perncanaan logistik Rumah sakit atau Puskesmas.
Namun jika jumlah/besarnya anggaran melampaui perkiraan besarnya pendapatan, maka harus diadakan upaya untuk meningkatkan pendapatan dan atau mengingatkan efisiensi, oleh karena itu perlu dilakukan analisa kembali, belanja apa saja yang bisa di kurangi atau dihilangkan.
c. Pengadaan
Fungsi berikutnya adalah pengadaan, yaitu semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistik yang telah direncanakan, baik melalui prosedur:
1). Pembelian
2). Produksi sendiri, maupun dengan
3). Sumbangan dari pihak lain, yang tidak mengikat
4). Konsinyasi, yaitu barang titipan dari supplier/rekanan untuk dijual,pembayaran dilakukan setelah barang laku.
Khusus untuk pembelian, pada Rumah Sakit Pemerintah berlaku peaturan berdasarkan Keputusan Presiden No. 18 Tahun 2000, yaitu tenteng Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Dalam Kepprers ini diatur pengadaan barang melalui prosedur pengadaan langsung, pemilihan langsung, maupun dengan pelelangan, yang pada pelaksanaan dilapangan kadang-kadang menimbulkan ketidak efesiensi, karena sesuatu jenis barang harganya dapat berbeda tergantung cara pengadaannya. Akibatnya akan menyulitkan dalam menyajikan dalam data akuntansi dan komputerisasi (sistim informasi akuntansi dan manajemen).
Penentuan kapan harus mengadakan, dalam jumlah berapa, dengan metode/cara apa barang diadakan sangat menetukan berpengaruh dalam mewujudkan pengelolaan
d. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan ini sebenarnya termasuk juga fungsi penerimaan barang, yang sebetulnya juga mempunyai peran strategi. Kesalahan sering terjadi adalah penerimaan barang hanya mencocokkan dengan surat pengantar barang (faktur barang), bukan terhadap surat perintah kerja / surat pesanan (phurchase order =PO). Secara garis besar maka yang harus di cek kebenarannya adalah :
1), Kesesuaian dengan jenis, jumlah dan spesifikasi bahan serta waktu penyerahan barang terhadap surat pesan (SP), surat perintah kerja (SPK) atau purchase order (PO).
2). Kondisi fisik bahan, apakah tidak ada perubahan warna, kemasan, bau noda dan sebagainya yang mengindikasikan tingkat kualitas bahan.
3). Kesesuaian waktu penerimaan bahan terhadap batas waktu SP/PO.
Barang yang diterima tersebut kemudian dibuatkan berita acara penerimaan (BAP) barang, biasanya rangkap tiga, dimana salah satu tembus disamping gudang sebagai dokumen pendukung.
Berdasarkan sifat dan kepentingan baarang/bahan logistik ada beberapa jenis bahan logistik yang biasanya tidak langsung disimpan digudang,akan tetapi diterimakan langsung kepada pengguna. Yang penting adalah bahwa mekanisme ini harus diatur sedemikian rupa sehingga tercipta internal check (saling uji secaara otomatis) yang memadai, yang ditetapkan oleh berwenang (Direksi).
Fungsi penyimpana ini dapat diibaratkan sebagai jantung manajemen logistik, karena sangat menentukan kelancaran pendistribusian. Oleh karena itu maka tekhnik-tekhnik pengendalian persediaan perlu diketahui dan dipahami secara baik. Beberapa keuntungan melakukan fungsi penyimpanan ini adalah :
1). Untuk mengantisipasi keadaan yang fluktuatif, karena sering terjadi kesulitan memperkirakan kebuthan secara tepat dan akurat
2). Untuk smenghindari kekosongan bahan (out of stock)
3). Untuk menghemat biaya, serta mengantisipasi fluktasi kenaikan harga bahan
4). Untuk menjaga agar kualitas bahan dalam keadaan siap dipakai
5). Untuk mempercepat pendistribusian.
Fungsi penyimpana ini disebut jantung dari manajemen logistik karena dari sini dapat diketahui apakah tujuan manajemen logistik tercapai atau tidak. Sehingga salah satu indikator keberhasilan manajemen logistik adalah pengelolaan gudang tempat penyimpanan. Harap diingat bahwa tujuan manajemen logitik adalah ketersediaan bahan setiap dibutuhkan
Ada beberapa teori yang diberikan sebagai teori untuk mengendalikan persediaan ini, namun dalam penerapannya harus hati-hati, karena suatu teori baru dapat diterapkan telah dipenuhi. Misalnya saja untuk menerapkan teori pengendalian persediaan dipersyaratkan antara lain:
1). Kebutuhan bahan dapat diperkirakan dan dihitung dengan pasti.
2). Kesinambungan pemasok dapat dijamin.
3). Sistem informasi logistik yang terintegrasi dalm sistem informasi manajemen, memadai
4). Pengawasan intern (intenal Auditor) berjalan dengan baik dan konsekuen
5). Membudayakan pelaksanaan kerja yang tertib dan sehat
6). Reward and punishment system yang konsisten dan konsekuen.
7). Tersedia gudang dan pngelolaan yang memadai.
8). Anggaran yang cukup.
Teori yang dikenal dalam pengendalian persediaan adalah ABC system.
Dengan ABC Index kritisnya, EOQ (Economic Order Quality), JIT (Just In Time), Kanban System, dan lain sebagainya, namun teori ini dipergunakan dalam persediaan perusahaan yang memproduksi barang fisik.
Produk yang dihasilkan oleh rumah sakit adalah jasa, yang sifatnya intangibel , dan jasa pelayanan medik yang diberikan tergantung dari jenis penyakit yang akan di obati. Dengan demikian menjadi sangat sulit untuk dapat menebak pasien dengan kasus apa yang akan datang kerumah sakit. Untuk jenis penyakit yang sama saja obatnya berbeda tergantung jenis kelamin ,umur , keadaan pasien (kondisi umum) dan tergantung siapa dokternya. Dengan demikian maka pengendalian persediaan obat dan bahan farmasi tidak dapat menerapkan teori diatas secara konsekuen.
Oleh karena itu metode yang sering digunakan dalam pengendalian persediaan adalah dengan memperhatikan sifat barang / obat apakah termasuk barang vital, Esensial atau Normal (VEN System), digabungkan dengan apakah barang tersebut termasuk Fast atau Slow moving. Kombinasi kedua methode ini selama periode tertentu kemudian dihitung kebutuhan atau penggunaannya akan diketahui jumlah rata-rata penggunaan perbulan, dan juga fluktuasi permintaannya.
Dari perhitungan itu secara empiris, dapat ditetapkan berapa besar jumlah :
1). Persediaan minimal /jenis barang/bulan
2). Persediaan maksimal/jenis barang/bulan
3). Persediaan pengaman (iron stock/idle stock)
Untuk menghitung ini, yang perlu diperhatikan adalah berapa lama (duration) waktu peyediaan sejak pesanan diterima rekanan/suplier sampai barang diterima oleh rumah sakit (ini disebut Lead Time) dan berapa kebutuhan barang selama periode tersebut.
Dalam penyimpanan dikenal ada sistem FIFO (first in first out) dan LIFO (last in first out), namun dalam kenyataan di lapangan, yang di praktekkan hanyalah sistem fifo, sedangkan methode lifo hanya dig unakan dalam sistem akuntansi persediaan, karena ini akan berdampak pada perhitungan harga pokok penjualan dan dalam penyusunan laporan rugi laba. Khusus untuk rumah Sakit seharusnya fifo juga harus di baca sebagai firs expired first out (FEFO), mana yang mempunyai masa kadaluarsa pendek/singkat harus dikeluarkan terlebih dulu, tidak tergantung kapan diterimanya digudang.
e. Pendistribusian
Efisiensi pelaksanaan fungsi pendistribusian ini juga secara tidak langsung akan mempengaruhi kecermatan dan kecepatan penyediaan,oleh karena itu harus ditetappkan prosedur baku pendistribusian bahan logistik, meliputi:
1). Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab mengenai kebenaran dan kewajaran permintaan bahan, baik mengenai jumlah, spesifikasi maupun waktu penyerahannya. Hal ini sangat penting agar tidak terjadi pemborosan atau pengeluaran yang tidak perlu.
2). Siapa yang berwenang dan bertanggung jawab menyetujui permintaan dan pengeluaran barang dari gudang. Di Rumah Sakit Pemerintah biasanya penanggung jawab gudang sekaligus bertindak selaku Bendaharawan Barang.
Pendistribusian bahan logistik selain dapat juga dilaksanakan berdasarkan par level metode, yaitu standarisasi jumlah bahan logistik tertentu untuk ruang tertentu. Kemudian setiap hari petugas gudang mengecek beberapa banyak bahan yang telah di gunakan, kemudian mengisi kembali agar jumlah bahan tetap.
f. Penghapusan
Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku penghapusan barang diperlukan karena :
1). Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2). Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur ulang
3). Bahan/barang sudah melewati masa kadalursa (expire date)
4). Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1). Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2). Dijual/dilelang. Untuk RS Pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor ke kas negara.
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang tembusannya dikirim keinstansi yang berkompeten.
B. Kerangka Berpikir
Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya oleh keluarga, kelompok dan bahkan oleh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan tersebut, salah satu diantaranya yang mempunyai peranan cukup penting adalah menyelenggarakan pelayanan kesehatan. Salah satu unit pelayanan kesehatan yang utama adalah puskesmas, dimana puskesmas adalah Unit pelaksana teknis dinas Kesehatan Kabupaten /Kota yanng bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya. Puskesmas berperan menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
Pelaksanaan pembangunan di bidang kesehatan, di selenggarakan melalui usaha-usaha penyediaan pelayanan kesehatan yang lebih luas dan merata bagi seluruh masyarakat dimana salah satu program pelayanan kesehatan yang bersifat upaya pengobatan ( kuratif) membutuhkan logistik seperti obat-obatan untuk kegiatan pelayanan kesehatan baik di Puskesmas pembantu, oleh karena itu sangat diperlukan penerapan manajemen sehingga kebutuhan logistik dapat dipenuhi baik mengenai jenis, jumlah maupun kualitas yang dibutuhkan sacara efisien dengan kebutuhan di masing-masing unit pelayanan.
Ketersediaan setiap saat dibutuhkan ini sering dirancukan dengan istilah Just In Time, yang sebenarnya adalah salah satu methode untuk mengendalikan penyediaan bahan dalam proses produksi sesuai pentahapannya. Dengan demikian manajemen logistik dapat dipahami sebagai proses penggerakkan dan pemberdayaan semua sumber daya yang dimiliki dan atau yang potensial untuk dimanfaatkan, untuk mewujudkan ketersediaan bahan logistik, setiap saat dibutuhkan untuk operasional, secara efektif dan efisien. Oleh karena itu untuk menilai apakah pengelolaan logistik sudah memadai, menjadi sangat sederhana, yaitu dengan menilai apakah sering terjadi keterlambatan dan atau bahan yang dibutuhkan tidak tersedia, berapa kali frekuensinya, berapa banyak persediaan yang menganggur (idle stock) dan berapa lama hal itu terjadi. Berapa banyak bahan yang kadaluarsa atau rusak atau tidak dapat dipakai lagi. Menurut Hartono ( 2004 ) manajemen logistik sebagai suatu fungsi mempunyai kegiatan-kegiatan yakni perencanaan kebutuhan, penganggaran, pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penghapusan

Berikut ini adalah kerangka konseptual yang merupakan pola pikir penulis dalam penelitian :
C. Uraian kerangka konsep
a. Perencanaan kebutuhan
Perencanaan kebutuhan adalah menghitung berapa besar keutuhan bahan logistic khususnya obat-obatan yang diperlukan untuk periode waktu tertentu.
b. Penganggaran
Penganggaran adalah menghitung kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistik yang dibutuhkan bardasarkan harga satuan (dapat berdasarkan harga pembelian waktu yang lalu atau menurut informasi harga terbaru), sehingga akan diketahui kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistic tersebut.

c. Pengadaan
Pengadaan adalah merupakan semua kegiatan yang dilakukan untuk mengadakan bahan logistic yang telah direncanakan, baik melalui prosedur: pembelian, produksi sendiri, maupun dengan sumbangan dari pihak lain, yang tidak mengikat, konsinyasi yaitu barang titipan dari supplier/rekanan untuk dijual, pembayaran dilakukan setelah barang laku.
d. Penyimpanan
Penyimpanan adalah proses penggudangan bahan logistic (obat-obatan) bertanggal berdasarkan jenis, tanggal kadaluarsa, tanggal penerimaan serta melihat tingkat kebutuhan dari masing-masing unit pelayanan kesehatan.
e. Pendistribusian
Pendistribusian adalah merupakan suatu tahapan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masing-masing unit pelayanan kesehatan didasarkan kepada permintaan, atau melalui standarisasi jumlah bahan logistic tertentu untuk ruang tertentu.
f. Penghapusan
Penghapusan adalah proses menghapus tanggung jawab bendahara barang atau pengelola barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, karena barang rusak tidak dapat dipakai kembali, sudah melewati masa kadaluasa (expire date) .

BAB III
METODDE PENELETIAN

A. Waktu Dan Tempat penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan selama satu bulan, Penelitian dilakukan di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yaitu untuk menggali sejauh manajemen system manajemen logistik obat di puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo Tahun 2009.
C. Informan
1. Informan Kunci
Informan kunci adalah Kepala Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
2. Informan Biasa
Informan biasa adalah petugas kesehatan pengelola obat yang ada di Puskesmas Mongolato Kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo, dan pegawai bidang pelayanan kesehatan dinas kesehatan Kabupaten Gorontalo.




D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder
1. Data primer.
Data primer diperoleh melalui wawancara yang mendalam (Indepth Interview) dengan menggunakan pedoman wawancara, tape recorder.
2. Data sekunder.
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
E. Definisi Operasional Variabel
a. Manajemen
Manajemen adalah alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan serta memudahkan terwujudnya suatu organisasi perusahaan, karyawan, atau masyarakat kea rah yang lebih baik.
Manajemen obat adalah alat ukur kuanitatif yang dapat digunakan sampai sejauh mana tujuan atau hasil yang telah dicapai serta dapat meningkatkan mutu pelayanan yang ada disetiap instalansi.
b. Perencanaan
Yang dimaksud dengan perencanaan obat dalam penelitian ini adalah tahap pemilihan obat, tahap kompilasi obat, tahap perhitungan kebutuhan obat, tahap proyeksi kebutuhan obat, dan tahap penyesuaian rencana pengadaan obat
Perencanaan dikatakan baik apabila sudah sesuai dengan tahap pemilihan obat, tahap kompilasi obat, tahap perhitungan kebutuhan obat, tahap proyeksi kebutuhan obat, dan tahp penyesuaian rencana pengadaan obat.
c. Penganggaran
Yang dimaksud dengan penganggaran dalam penelitian ini adalah menghitung kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistic yang dibutuhkan berdasarkan harga satuan (dapat berdasarkan harga pembelian waktu yang lalu atau menurut informasi harga terbaru).
Penganggaran dikatakan baik apabila sudah sesuai dengan penghitungan kebutuhan anggaran untuk pengadaan bahan logistic yang dibutuhkan berdasarkan harga satuan (dapat berdasarkan harga pembelian waktu yang lalu atau menurut informasi harga terbaru).
d. Penyimpanan
Yang di maksud dengan penyimpanan dalam penelitian ini adalah proses penggudangan bahan logistic (obat-obatan) bertanggal berdasarkan jenis, tanggal, kadaluarsa, tanggal penerimaan.
Penyimpanan dikatakan baik apabila sudah sesuai dengan proses penggudangan bahan logistic (obat-obatan) bertanggal berdasarkan jenis, tanggal, kadaluarsa, tanggal penerimaan.



e. Pendistribusian
Yang dimaksud dengan pendistribusian dalam penelitian ini adalah melaksanakan penyerahan obat, menentukan frekuensi distribusi obat, dan melaksanakan penyerahan obat di Puskesmas pembantu.
Pendistribusian yang baik apabila sudah sesuai dengan tahap penyarahan obat, menentukan frekuensi distribusi obat, dan melaksanakan penyerahan obat di Puskesmas pembantu.
f. Penghapusan
Yang dimaksud dengan penghapusan dalam penelitian ini adalah proses menghapus tanggung jawab bendahara barang atau pengelola barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan sesuai dengan peraturan yang berlaku, karena barang rusak tidak dapat dipakuai kembali, sudah melewati masa kadaluarsa (expire date).
F. Pengolahan Dan penyajian Data
1. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual.
2. Penyajian Data
Data disajikan dalam bentuk narasi
3. Teknik Analisa Data
Analisa data dengan cara content Analysis yaitu mencari jawaban yang .berbeda dari informan.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A Gambaran Umum Lokasi Penelitian.
1. Sosiologi Demografi
Puskesmas Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang terletak di kecamatan Telaga dan berada dekat dengan Ibukota Propinsi Gorontalo.Puskesmas Mongolato mempunyai wilayah kerja 18,18 KM2, dan wilayah kerja terdiri dari 9 desa : 7 desa biasa yaitu desa Bulila, desa Mongolato, desa Dulohupa, desa Pilohayanga Barat, desa Hulawa, desa Luhu, desa Pilohayanga, dan 2 desa tersulit yaitu desa dulamayo selatan dan desa Dulamayo Barat.
Tabel 4.1
Wilayah kerja Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009

No Wilayah Kerja Puskesmas Luas Wilayah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Desa Pilohayanga Induk
Desa Pilohayanga Barat
Desa Hulawa
Desa Luhu
Desa Mongolato
Desa Bulila
Desa Dulohupa
Desa Dulamayo Barat
Desa Dulamayo Selatan
2,42 km²
1,93 km²
2,13 km²
2,18 km²
2,67 km²
2,19 km²
2,32 km²
1,16 km²
1.18 km²
Jumlah 18.18 km²
Sumber : Data Sekunder Tahun 2009
Tabel 4.1. menunjukan bahwa dari 9 desa wilayah kerja Puskesmas Mongolato desa yang terluas adalah desa mongolato dengan luas wilayah 2,67 km² dan desa terkecil adalah desa Dulamayo Barat dengan Luas wilayah 1,16 km²
2. Fasilitas
Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari fasilitas kesehatan yang ada di puskesmas yaitu
Tabel 4.3
Fasilitas Kesehatan di Wilayah Kerja Di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009.

No Fasilitas Kesehatan Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7. Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Poskesdes
Posyandu
Rumah Dinas
Kenderaan Roda dua
Mobil Ambulance 1
4
8
9
6
10
2
Jumlah 40
Sumber : Data Sekunder Tahun 2009.
Tabel 4.3 menunjukan fasilitas yang ada di Puskesmas yaitu Puskesmas 1, Puksesmas pembantu 4, Poskesdes 8, Posyandu 9, Rumah dinas 6 unit, kendaraan berodah 2 10 buah, dan mobil ambulance 2 buah.







3. Ketenagaan

Tabel 4.4
Tenaga Kesehatan di Puskesmas Mongolato
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009.

Tenaga Kesehatan Jumlah
Dokter Umum
Dokter Gigi
Dokter spesialis
Sarjana Kesehatan Masyarakat
D3Kebidanan
D3Keperawat
Perawat gigi
Tenaga Gizi
Tenaga Farmasi
SPK
D1Kebidanan
Tenaga kesling
Tenaga Analisis kesehatan 3
Jumlah 39
Sumber : Data Sekunder Tahun 2009.

Tabel 4.4. menunjukan bahwa tenaga pegawai yang ada di Puskesmas Mongolato adalah 39 tenaga kerja dimana jumlah dokter berjumlah 5 orang dokter umum berjumlah 3 orang, dokyer gigi 1 orang, dokter spesialis 1 orang. Untuk tenaga kesehatan masyarakat berjumlah 5 orang, D3 Kebidanan 2 orang, D3 keperawatan 8 orang, perawat gigi 1 orang, tenaga gizi 3 orang, tenaga Farmasi 2 orang, D1 kebidanan 7 orang, SPK 4 orang, Tenaga Kesling 1 orang, dan analisis kesehatan 1 orang.


5. Peran Serta Masyarakat.
Keadaan peran serta masyarakat diwilayah kerja puskesmas Bohabak Kecamatan Telaga adalah :
Jumlah Posyandu : 9 Unit.
Jumlah Kader : 45 Orang.
Jumlah Yang Aktif : 45 Orang.
B. Hasil Penelitian
Penelitian tentang studi manajemen obat di Gudang puskesmas Mongolato kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo yang telah dilaksanakan pada tanggal 22 Desember – 22 januari dengan menggunakan metode wawancara mendalam (idepth interview) kepada informan biasa dan informan kunci, informan biasa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah staf PNS yang ada di puskesmas Mongolato Kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo dan informan kunci adalah Kepala Puskesmas Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
Untuk informan biasa yaitu seorang Pegawai negri sipil lulusan S1 farmasi yang belum lama bertugas di gudang farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo sedangkan informan kunci adalah Kepala puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontaloyang merupakan penentu kebijakan yang ada di Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Adapun hasil wawancara mendalam tentang Manajemen obat di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo adalah sebagai berikut :
1. Hasil Indepeth Interview dengan Informan Biasa
a. Perencanaan obat
Hasil wawancara yang diperoleh dengan informan biasa yaitu seorang pegawai negri sipil lulusan S1 farmasi, yang baru 1 tahun bertugas di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo serta sangat berperan aktif dalam perencanaan obat yang ada di instalasi Gudang farmasi, selain itu beliau berperan aktif terhadap Apotik Puskesmas Mongolato, karena di Puskesmas Mongolato belum ada ahli Apoteker. Hal ini tidak sesuai dengan aturan Depkes RI, dan ini sering dikeluhkan oleh staf instalasi Gudang Farmasi dan Apotik Puskesmas Mongolato. Dan juga sudah pernah diajukan untuk penambahan tenaga sesuai denga kebutuhan dan profesi melalui Dinas Kesehatan, tetapi sampai sekarang ini belum ada realisasinya, seperti indepth interview berikut ini :
“ Yang bertugas di gudang farmasi di Puskesmas ini hanya saya sendiri, saya yang mengatur kegiatan perencanaan ,pengadaan, penyimpanan, dan pendistribusian selain itu saya juga yang berperan mengatur di apotik, karna di puskesmas ini tidak ada ahli apoteker .” (FY, 24 Desember 2009)”

Pegawai yang ada di instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Kabupaten Gorontalo mempunyai latar pendidikan yang berbeda-beda. Dimana masih belum memenuhi standar tenaga teknis karena disamping kurangnya pegawai ternyata ahli apoteker belum ada, hanya 1 orang yang latar pendidikannya dari S1 Farmasi, sedangkan 2 lainnya dari SMA sehingga pembagian tugas di Gudang Farmasi disesuaikan dan di maksimalkan mengingat kondisi jumlah tenaga yang sangat terbatas, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“ Tenaga ahli apoteker belum ada hanya saya sendiri yang mengatur dan memenej di gudang farmasi skaligus di apotik sedangkan latar pendidikan saya S1 Farmasi yang lainnya berlatar belakang SMA, jadi depe pembagian tugas disesuaikan karna memngingat kondisi tenaga yang sangat terbatas” (FY, 24 Desember 2009)

Perencanaan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesma Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo pada umumnya mengikuti kaidah yang ada dari proses perencanaan obat. Pada tahap perencanaan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato di buat perencanaan berapa banyak kebutuhan obat dalam jangka waktu 1 bulan dan dibuatkan laporan pemakaian bulan lalu dan permintaan bulan ini, laporan di masukan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten, setelah di Acc Permintaan, Petugas Puskesmas Mongolato menjemput obat yang di minta tersebut, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Tahap perencanaan disini, pertama torang buat perencanaan sbrapa banyak kebutuhan obat dalam jangka waktu 1 bulan trus saya buat laporan pemakaian bulan lalu dan permintaan bulan ini trus saya kase masuk di Gudang Farmasi Dikes, setelah orang di Dikes Acc permintaan brapa hari kemudian petugas langsung datang ambil itu obat yang torang so pesan tadi” (FY 24 Desember 2009).

Jawaban yang sebanding juga dengan jawaban informan sebelumnya yaitu :
“ Puskesmas itu dorang 1 bulan 1 kali datang min obat di Gudang dengan torang lia depe LPLPO, tapi kalu tiba-tiba dorang pe pemakaian itu talebe atau obat yang dorang datang minta itu kurang, dorang datang minta ulang di Gudang..


Dalam Perencanaan obat Instalasi Gudang Farmasi hanya melihat dan mengamati obat apa saja yang dibutuhkan pasien secara khusus dan Puskesmas secara umum, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Pada perencanaan obat disini yang torang lakukan hanya melihat dan mengamati obat apa saja yang pasien butuhkan secara khusus dan Puskesmas secara umum” (FY, 26 Desember 2009).

Indikator Puskesmas Mongolato dalam merencanakan kebutuhan obat yaitu dilihat dari penyakit yang menonjol dan yang palng banyak dikeluhkan pasien, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Indikator yang torang pake hanya dilihat dari penyakit menononjol dan dari penyakit yang paling banyak dikeluhkan pasien” (FY, 26 Desember 2009).

Perencanaan obat di Instalasi Gudang Farmasi sudah terakomodir karena semua obat yang dibutuhkan pasien, selalu dapat dipenuhi kecuali obat paten, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Sejauh ini terakomodir dengan baik karena semua obat yang dibutuhkan pasien slalu dapat dipenuhi terkecuali obat paten” (FY, 26 Desember 2009)

b. Pengadaan dan Penganggaran obat
Hasil yang diperoleh dari informan biasa mengenai Pengadaan dan pembiayaan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato yaitu tidak ada pengadaan dan pembiayaan secara khusus karena semua logistikobat dari Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, sedangkan dari Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo biasa mengenai pengadaan dan pembiayaan obat adalah hasil dari anggaran kesehatan yang diberikan oleh pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan kemudian menentukan anggaran biaya pengadaan obat, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini
“Di sini tidak ada pengadaan khusus apalagi pembiayaan karena semua itu yang urus dari Dikes torang disini hanya tau ada” (FY, 28 Desember 2009).

Hasil jawaban dari Informan biasa yang ada di Instalasi Gudang Farmasi sebanding juga dengan jawaban informan sebelumnya yaitu :
“ Pembiayaannya itu dari PEMDA kemudian ke Dinas Kesehatan dulu baru dari Dinas tetapkan anggaran untuk obat sampe dia punya segala macam di gudang ini belum di ketahui berapa anggaran obatnya tapi kalu 2008 yang lalu itu anggarannya itu 300 juta lebe semua untuk pengadaan obat sampe so semua yang di Gudang ini” (MK, 8 Januari 2009”).

c. Penyimpanan
Hasil jawaban pada proses penyimpanan obat di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu setelah menerima obat dari Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten, petugas Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato mengatur dan mengelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan. Seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“setelah menerima obat dari Gudang Farmasi dikes, obat diatur, lalu saya kelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan, misalnya infuse, oral, injeksi, obat tetes dan alat kesehan” (FY, 28 Desember 2009).

Proses penyimpanan obat Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato sudah sesuai dengan fungsinya masing-masing, dapat di lihat dari cuplikan indepth interview berikut ini
“Proses penyimpanan obat disini torang sesuaikan, misalnya untuk obat psikotropuik dan narkotika torang disendirikan dengan obat yang lain, injeksi penyimpanannya, suhu rendah 20 derajat di simpan di kulkas seperti metergen injeksi oksitoksin deng lain-lain” (FY, 28 Desember)

d. Pendistribusian
Hasil jawaban yang diperoleh pada prosedur yang dilakukan Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dalam rangka permintaan obat ke instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo yaitu Puskesmas memasukan LPLPO ke instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan pada setiap bulannya setelah di Acc disendirikan obat yang di minta Puskesmas dan di cek kembali bersama-sama obat yang diminta kemudian dari instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo menyerahkan obat sesuai jumlah permintaan Puskesmas Mongolato dengan cara melakukan penanda tanganan dokumen mutasi barang oleh kepala Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dengan pengelola di Gudang Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
”Prosedur yang dilakukan dalam permintaan obat di Gudang Farmasi Dikes, sama dengan puskesmas yang laeng, torang kase maso LPLPO, setelah di Acc saya datang kesana torang cek kembali antara saya dengan gudang bersama-sama cek obat-obat yang saya minta, setelah diatur langsung saya bawa ke puskesmas, trus dilakukan penanda tanganan dokumen mutasi barang oleh kepala Gudang Farmasi Dikes dengan pengelola puskesmas sini” (FY, 30 Januari 2009).

Prosedur penyerahan obat dari Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten gorontalo ke Puskesmas-puskesmas pembantu yaitu Bidan pengelola puskesmas Pembatu memberikan permintaan obat yang dibutuhkan setelah itu pengelola Instalasi Gudang farmasi Puskesmas Mongolato menyediakan obat sesuai dengan permintaannya. Apabila obat tidak mencukupi minimal di kasih setengah dari yang ada, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Bidan pengelola Puskesmas pembantu memberikan permintaan obat yang diibutuhkan pa saya, estelah itu saya sediakan sesuai dengan depe permintaan apabila obat di psini tidak mencukupi minimal saya kasih setengahnya” (FY, 30 januari 2009).

Hambatan dan masalah dalam pendistribusian yang di hadapi Puskesmas Mongolato yaitu obat yang dibutuhkan kurang, cara mengatasinya minimal dikasih obat sedikit yang penting sudah ada, mengingat banyaknya pasien rawat inap maupun rawat jalan yang membutuhkan obat. seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Hambatannya obat kurang, depe cara torang atasi, yah minimal dikasih biar Cuma sadiki yang penting ada torang kase karna disini le banyak obat yang torang butuhkan” (FY, 5 Januari 2009)

e. Penghapusan
Hasil dari indepth interview tentang penghapusan obat yaitu tidak ada Penghapusan secara khusus di Puskesmas Mongolato karena obat yang sudah kadaluarsa atau expire date disendirikan dan dikembalikan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, Sedangkan di Dinas Kesehatan Kabupaten sejauh ini belum ada penghapusan, hal ini dikarenakan bahwa kurangnya biaya untuk memusnahkan obat, dan tidak ada alat insinerator yaitu alat untuk memusnahkan obat. seperti pada cuplikan indepth interview dengan informan kunci di Puskesmas Mongolato dan di Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten berikut ini :
“Disini tidak ada penghapusan, kalo obat saya lihat so kadarluarsa saya somo kase sandiri di satu tampa baru saya kase kembali di Gudang Dikes” (FY, 5 Januari 2009).

“Sejauh ini dari tahun 2006 sampe sekarang di sini belum ada penghapusan karena tidak ada alat insinerator dengan depe biaya kurang, klopun mo tanam itupun harus pake semen sedangkan semen mo bli dengan doi” (MK, 8 Januari 2009).

2. Hasil indepth interview dengan informan kunci
a. Perencanaan
Perencanaan obat yang ada di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu dilihat dari jumlah penduduk yang ada di Kecamatan Telaga, seperti pada cuplikan indepth interview dengan informan kunci berikut ini :
“Kalu perencanaannya disini kita lihat dari setiap jumlah pemakaian puskesmas pokoknya disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang ada di Puskesmas Mongolato… (EL, 20 Januari 2009)

b. Pengadaan
Dari hasil indepth interview dengan informan kunci bahwa proses pengadaan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada pengadaan khusus karena semua obat hanya langsung diambil di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Disini tidak ada pengadaan karena semua hanya tinggal di ambil di Gudang Farmasi Dikes.

c. Penyimpanan
Hasil dari jawaban tentang proses penyimpanan obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu obat di atur dan dikelompokkan sesuai dengan fungsinya atau bentuk sediaan, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Kalau penyimpanan obat disini disesuaikan dengan depe bentuk sediaan…

d. Pendistribusian
Hasil dari jawaban tentang proses permintaan obat dari Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo ke Instalasi Gudang Farmasi dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dilakukan dengan cara memberikan LPLPO kepada Gudang Farmasi Dinas Kesehatan, seperti pada cuplika indepth interview berikut ini :
“Kalau Permintaan obat ke Gudang farmasi Dikes, torang kase masuk LPLPO …

Hasil jawaban tentang proses penyerahan obat dari Gudang Farmasi bahwa informan kunci tidak terlalu tahu karena yang bertugas dalam pendistribusian obat itu adalah pegawai yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Kalau depe pendistribusian itu saya belum terlalu jelas karena yang bertugas disitu adalah petugas yang di gudang, dan saya sudah serahkan semuanya pada tya karna dia lebih tahu tentang itu”..

Hasil jawaban tentang proses penyerahan obat dari puskesmas ke pasien yaitu Puskesmas menyerahkannya dengan cara sesuai dengan penyakit yang dialami pasien, selain itu juga Puskesmas Mongolato menyerahkan kepada Pustu-pustu kepada Bidan Desa yang bertugas di Pustu, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Penyerahan obat dari Puskesmas kepasien itu tergantung penyakit atau sakit yang diderita pasien itu..
… Puskesmas juga memberikan obat di Pustu-pustu melalui Bidan Desa
e. Penghapusan
Hasil indepth interview pada proses penghapusan di puskems Mongolato kecamatan telaga Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada penghapusan karena obat yang sudah kadarluarsa atau expire date langsung dikembalikan di Gudang obat Dinas Kedsehatan Kabupaten Gorontalo, seperti pada cuplikan indepth interview berikut ini :
“Disini tidak ada penghapusan karena kalau obat sudah kadarluarsa langsung torang kase pulang di Gudang Dikes..



C. PEMBAHASAN
1. Perencanaan obat
Berdasarkan hasil dari penelitian maka perencanaan obat yang di instalasi Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo sudah memenuhi tahap-tahap atau metode yang sesuai dengan perencanaan obat. Tahap-tahap metode yang dimaksud adalah misalnya pada tahap pemilihan obat dilihat sesuai dengan kebutuhan pasien yang ada di Puskesmas Mongolato serta membuat LPLPO yaitu laporan permintaan dan penerimaan obat kepada Gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, dan indikator perencaannya mengacu pada penyakit yang menonjol dan yang sering dikeluhkan pasien, sedangkan pada tahap pengadaan tidak ada pengadaan secara khusus karena obat hanya langsung diambil dari instalasi gudang farmasi di Dinas kesehatan kabupaten Gorontalo, tahap pemilihan obat belum mrnggunakan tahap seleksi ilmiah medik dan statistik serta tidak menggunakan berdasarkan pola penyakit tetapi hanya LPLPO, Semua obat yang ada di Puskesmas Mongolato sudah dapat dipenuhi kecuali obat paten atau obat generik.
Hal ini diketahui oleh peneliti pada saat melakukan indepth interview pada tanggal 22 Desember – 22 Januari, bahwa pada tahap pemilihan obat belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik dan statistik karena keterbatasannya tenaga yang ada di Instalasi Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, yang dimaksud dengan seleksi ilmiah medik dan statistik yaitu untuk melakukan kajian seleksi ilmiah medik terhadap obat generik atau mengenai khasiat obat.
Perencanaan obat yang dimaksud untuk mendapatkan jenis dan jumlah obat yang tepat sesuai dengan kebutuhan serta menghindari terobosan akan obat dan meningkatkan keadaan obat secara ekonomis, sejalan penelitian Hariyadi Baaman (2009) bahwa perencanaan kebutuhan obat harus melibatkan beberapa petugas khususnya di Gudang obat, begitu juga menurut Fajriani Tahir (2003) mengatakan bahwa perencanaan obat merupakan salah satu usaha untuk menghindari terjadinya kelebihan dan kekurangan obat serta memenuhi dan mengoptimalkan kebutuhan obat bagi sarana kesehatan.
Menurut Direktorat Jendral Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Depkes tahun 2003 bahwa kegiatan perencanaan kebutuhan obat adalah :
Tahap pemilihan obat yaitu :
a. Obat pilih seleksi ilmiah medik dan statistik yang memberikan efek tetapi jauh lebih baik dibandingkan dengan resiko efek samping yang akan ditimbulkan.
b. Jenis obat yang dipilih seminimal mungkin dengan cara menghindari duplikasi dan kesamaan jenis.
c. Jika ada obat baru harus ada bukti yang spesifik untuk efek terapi yang lebih baik.
d. Hindari penggunaan obat kombinasi, kecuali jika obat kombinasi mempunyai efek yang lebih baik dibanding obat tunggal.
e. Apabila obat banyak maka kita memilih berdasarkan Drug of choice dari penyakit yang prevalensinya tinggi.
Dari hasil indepth interview yang dilakukan tanggal 24 Desember – 20 Januari 2010 bahwa jumlah tenaga yang ada di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten gorontalo belum ada tenaga ahli apoteker hanya 1 orang dari S1 Farmasi dan 2 lainnya yang bertugas di Apotik berlatar pendidikan SMU, sehingga perencanaannya dilakukan secara bersama karena tidak adanya struktur organisasi pada Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato itu sendiri atau tidak ada yang menangani khusus pada bidang perencanaan
2. Pengadaan Obat
Pengadaan obat yang ada di Instalasi Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada pengadaan khusus karena semua obat langsung diambil dari Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, sedangkan Pengadaan obat di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dilakukan dalam 1 tahun 4 kali serta dari puskesmas meminta obat 1 bulan 1 kali serta dilakukan perhitungan perkapita penduduk, biaya obat pada tahun 2008 adalah sebesar 300an juta, pembiayaan obat yang ada di Instalasi Farmasi dilakukan oleh PEMDA kemudian diberikan kepada Dinas Kesehatan, dari Dinas Kesehatan memberikan anggaran sepenuhnya kepada Instalasi Farmasi sesuai yang dibutuhkannya. hal ini di kutip dari penelitian; Hariyadi Baaman (2009).
Berdasarkan pada buku Pedoman Pengelolaan obat Publik dan swasta apabila jumlah obat ytang diminta tidak sesuai biasanya menyebabkan kekosongan obat serta berpengaruh pada pemenuhan pelayanan kesehatan obat pada setiap sarana kesehatan publik maupun swasta.
3. Peyimpanan
Pada tahap penyimpanan obat yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telga kabupaten Gorontalo sudah sesuai yang diharapkan karena obat di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Kabupaten Gorontalo sudah di atur dengan baik di kelompokkan sesuai dengan bentuk sediaan sedangkan obat-obat narkotik dan psikotropik disendirikan dari obat-obat yang lain, penyimpanan injeksi suhu rendah 20 derajat disimpan dalam kulkas. Hal ini diketahui peneliti pada saat indepth interview dan pengamatan langsung dengan seorang pegawai satu-satunya yang bertugas di instalasi gudang Farmasi Puskesmas Mongolato pada tanggal 28 Desember 2009.
Tujuan dari penyimpanan obat adalah untuk memelihara mutu obat, menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga kelangsungan persediaan, memudahkan pencarian dan pengawasan. Sedangkan pada kegiatan penyimpanan obat mmeliputi pengaturan tata ruang, penyusunan stok obat, pencatatan obat dan pengamatan mutu obat (Pedoman Pengadaan dan Perbekalan Kesehatan Publik dan swasta Depkes RI, 2003)
Dalam tata ruang gudang yang akan dipakai untuk penyimpanan haruslah dapat menjaga agar obat tidak rusak secara kimia oleh karena itu harus diperhatikan agar ruangannya tetap kering, adanya ventilasi untuk aliran udara agar tidak panas serta cahaya yang cukup.
Dalam penyusunan obat hal yang harus diperhatikan adalah obat yang berbahaya dipisahkan dari obat lain yang ada didalam Gudang, obat yang vital sebaiknya dipisahkan dengan obat lainnya agar dapat dengan mudah pemantauan stok kekosongan obat, obat yang ada di Gudang di bagi berbagai jenis dan masing-masing diberi kode seperi obat vital, alat kesehatan, alat laboratorium, bahan toksin, serta bahan yang mudah terbakar, penyusunan dengan sistem First In First Out.
4. Pendistribusian
Pendistribusian obat yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo belum berjalan dengan baik karena pada tahap penyerahan ke Puskesmas-puskemas pembantu, dan pengambilan obat ke Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, belum sesuai dengan peraturan Depkes RI bahwa penyerahan dan pengiriman barang ke puskesmas adalah tanggung jawab dari Instalasi Farmasi, hal ini terjadi karena kurangnya tenaga di gudang farmasi puskesmas Mongolato maupun gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo, serta minimnya dana yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Berdasarkan pedoman pengelolaan obat publik dan perbekalan Farmasi, Depkes Ri (2002), distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat-obatan yang bermutu, terjamin keabsahannya serta tepat jenis dan jumlah dari Gudang obat secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan di sub-sub unit pelayanan kesehatan.
Sedangkan menurut Sumarto dan wiantara (2004), penyaluran merupakan suatu kegiatan dan usaha untuk melakukan pengurusan, penyelenggaraan dan pengaturan pemindahan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain yaitu dari tempat penyimpanan ke tempat pemakaiannya.. Jadi dapat disimpulkan bahwa kegiatan pendistribusian merupakan proses yang berkelanjutan dari pengolahan penyimpanan, diman obat yang disimpan di distribusikan kepada unit yang membutuhkan.
Dalam kegiatan pendistribusian obat, pemberdayaan dan pengelolaan sumber daya manusia merupakan salah satu penunjang keberhasilan dan kesuksesan dalam pengolahan suatu organiasasi, berdasarkan hasil dari penelitian bahwa tenaga yang terlibat dalam pendistribusian yang meliputi pengepakan obat dan penyerahan obat ke Puskesmas-puskesmas pembantu yang ada di Kecamatan Telaga, serta Puskesmas-puskesmas yang ada di Kabupaten Gorontalo, terdiri dari semua pegawai yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Maupun Instalasi Gudang Farmasi Dinas Keshatan Kabupaten Gorontalo, tetapi yang berwenang untuk memberi tahu jenis obat serta penyerahan barang yaitu Kepala Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato maupun Instalasi Gudang Faramasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.
Dalam melakukan kegiatan pendistribusian dilakukan secara gotong royong walaupun pekerjaan tersebut bukan tanggung jawab seluruh pegawai karena struktur organisasi serta kekurangan pegawai yang ada di instalasi Gudang Farmasi Puskesmas mongolato maupun Gudang Farmasi dinas kesehatan kabupaten Gorontalo, ini sesuai dengan hasil indepth interview peneliti yaitu pegawai yang ada di Instalasi Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato belum cukup memadai karena hanya 1 orang yang bertugas di Gudang farmasi tersebut itupun hanya dari S1 Farmasi bukan dari tenaga ahli apoteker sedangkan 2 pegawai lainnya bertugas di apotik yang berlatar belakang pendidikan SMA. Sedangkan di Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo pegawainya hanya 7 orang, yang latar pendidikannya 1 orang tenaga apoteker dan yang lainnya berlatar pendidikan SMA.
Berdasarkan materi pelatihan pengelolaan obat Kabupaten/Kota Depkes RI (2003), Adapun tenaga Apoteker yang dibutuhkan dalam memperlancar jalannya organisasi adalah apoteker, asisten Apoteker, sarjana lainnya/SMU misalnya :
a. Penanggung jawab pengelolaan obat publik dan perbekalan kesehatan adalah seorang Apoteker.
b. Pelaksanaan pendistribusian dan penyimpanan obat adalah Apoteker atai asisten Apoteker.
c. Pelaksanaan evaluasi pencatatan dan perencanaan kebutuhan obat publik dan perbekalan Kesehatan adalah Apoteker atai asisten Apoteker dan dapat dibantu oleh tenaga lulusan SMA minimal 1 orang.
d. Pelaksanaan Administrasi adalah Tenaga lulusan D3 atau SMA serta pada bendahara adalah tenaga lulusan D3/SMA.
5. Penghapusan
Penghapusan yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo yaitu tidak ada penghapusan karena obat yang sudah kadarluarsa atau expire date disendirikan di tempat khusus dan dikembalikan ke Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Sedangkan di instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo obat yang expired yang di kembalikan dari Puskesmas-puskesmas tersebut. Di sendirikan karena sejauh ini belum ada penghapusan karena kurangnya biaya serta alat untuk memusnakan tidak ada.
Berdasarkan yang diketahui bahwa Penghapusan adalah proses penghapusan tanggung jawab bendahara barang atas bahan atau barang tertentu sekaligus mengeluarkan dari catatan/pembukuan yang berlaku penghapusan barang diperlukan karena :
1). Bahan/barang rusak tidak dapat dipakai kembali
2). Bahan/barang tidak dapat didaur ulang atau tidak ekonomis untuk diatur ulang
3). Bahan/barang sudah melewati masa kadalursa (expire date)
4). Bahan/ barang hilang karena pencurian atau sebab lain
Penghapusan barang dapat dilakukan dengan :
1). Pemusnahan, yaitu dibakar atau dipendam/ditanam
2). Dijual/dilelang. Untuk RS Pemerintah, hasil penjualan dan pelelangan harus disetor ke kas negara
Setelah penghapusan dilaksanakan, maka dibuat berita acara Penghapusan, yang tembusannya dikirim keinstansi yang berkompeten. Jadi Penghapusan yang ada di Instalasi Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Belum sesuai dengan yang di harapkan.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan tentang Manejemen logistik obat di Puskesmas Mongolato Kecamatan telaga kabupaten gorontalo dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perencanaan obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato belum semuanya berjalan dengan baik karena pada tahap pemilihannya belum menggunakan tahap seleksi ilmiah medik dan statistik.
2. Pengadaan obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo belum semuanya berjalan dengan baik karena jumlah obat yang diminta tidak sesuai biasanya menyebabkan kosongnya obat serta berpengaruh pada pemenuhan pelayanan kesehatan obat pada Puskesmas maupun Puskesmas pembantu.
3. Penyimpan obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo sudah cukup berjalan dengan baik karena tahap pemisahan obat tahap serta penyusunan serta keadaan gudang sudah sesuai dengan tahap penyimpanan obat.
4. Pendistribusian obat yang ada di Farmasi Puskesmas Mongolato Kecamatan Telaga kabupaten gorontalo belum berjalan dengan baik misalnya pada penyerahan ke Puskesmas-puskesmas pembantu belum sesuai dengan peraturan Depkes RI, karena kurangnya tenaga. dan kurangnya tenaga serta jumlah dana yang tidak tersedia di Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten sehingga menghambat pendistribusian ke Puskesmas-puskesmas.
5. Penghapusan obat yang ada di Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato Kabupaten Gorontalo yaitu di Gudang farmasi tersebut tidak ada penghapusan karena obat yang sudah kadarluarsa disendirikan dan dikembalikan ke Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo. Sedangkan di Instalasi Gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten sejauh ini belum melakukan Penghapusan di karenakan kurangnya biaya serta tidak ada alat untuk memuisnahkan obat tersebut.
F. Saran
a. Agar perencanaan obat dapat dilakukan dengan baik maka Gudang Farmasi Puskesmas Mongolato dan Instalasi Gudang Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten dapat menambah jumlah pegawai yaitu Apoteker dan asisten Apoteker dan sarjana lainnya yang mempunyai besik Kesehatan, serta dapat membuat suatu susunan organisasi yang ada di Instalasi Gudang Farmasi, serta Instalasi Gudang Farmasi dapat memperhatikan seleksi ilmiah medik dan statistik agar dapat diketahui kegunaan serta efek terapi obat itu sendiri.
b. Kepada Dinas kesehatan kabupaten Agar kiranya lebih memperhatikan pengadaan obat dalam proses penganggaran obat. agar tidak menyebabkan kekosongan obat sehingga berpengaruh pada pemenuhan pelayanan kesehatan obat.
c. Penyimpanan Obat di puskesmas Mongolato sudah berjalan dengan cukup baik akan tetapi lebih di pertahankan sehingga bisa menghasilkan obat yang berkwalitas baik.
d. Agar Pendistribusian obat dapat berjalan dengan sesuai apa yang diharapkan, kiranya Puskesmas Mongolato maupun Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo dapat memperhatikan jumlah dana serta jumlah tenaga yang ada di Instalasi Gudang Farmasi.
e. Penghapusan
Di harapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten agar dapat memperhatikan proses pemusnahan obat yaitu menyediakan alat untuk memusnahkan obat yaitu insinerator dan menyediakan biaya khusus untuk pemusnahan obat.



DAFTAR PUSTAKA
Abdul Hakim Buraerah, 2003, Biostattistika, Universitas Hassanuddin, Makasar

Azwar,Azrul 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Binarupa Aksara, Jakarta

, 2003,Rancangan Sampel, Universitas Hasanuddin,
Makasar
Baaman Hariyadi, 2008, Studi Manajemen obat di Instalasi gudang farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo.

Bugin Burhan,2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, Indonesia sehat 2010, Strategi Pembangunan Kesehatan, Jakarta

Departemen Kesehatan RI, Konsep dan Pelaksanaan Paradigma Sehat Dalam Pembangunan Kesehatan.

Budiarto Eko, 2002, Pengantar Metode Penelitian Kedokteran
Depkes R.I, 1991, Sistyem Kesehatan Nasional (Cetakan Kedua) Jakarta
,2002, Arrime Pedoman Manajeman Puskesmas, Jakarta
Dinas Kesehatan 2007, Profil Dinas kesehatan kabupaten,
Hartono, 2004, Manajeman Logistik, Universitas Hasanuddin, Makasar
Machfoedz Ircham, 2007, Metodologi Penelitian Bidang Kesehata, dan kebidanan, Fitramaya. Yogyakarta

Martosono Rahmayanti, 2007. Gambaran Distribusi obat Kepuskesmas di Instalasi gudang farmasi Dinas Kesehatan kabupaten Gorontalo.

Moekijat, 1990, Pengembangan Manajeman Dan Motivasi, Ghalia Indonesia, Bandung

Notoatmdjo, soekidjo, 2002. Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

, 2003,Ilmu Kesehatan Masyarakat, Rineka Cipta, Jakarta
Rivai Frida, 2004, Manajemen Logistik, Universitas Hasanuddin, Makasar
Rue LW dan gorge R.Terry,1991, Dasar-Dasar Manajmen, Bumji Aksara, Jakarta

Sarwono Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha ilmu, Yogyakarta

Sudjana Nana, 2005, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Sinar Baru Algensindo, Bandung

Sugiyono,2007, Metode Penelitian Kuantitaf Kualitatif dan R&D, Alfabeta,Bandung

Yoga aditama Tjandra, 2003, Manejemen Administrasi Rumah sakit, Universitas Indonesia, Jakarta


PEDOMAN WAWANCARA

G. Identitas Informan :
Kode Informan :
Nama Informan :
Jabatan dalam kedinasan :
Pendidikan terakhir :
Umur :
Jenis kelamin :
B. Pertanyaan
Perencanaan kebutuhan obat
1. Apakah di Puskesmas Mongolato ada Perencanaan obat ?
2. Bagaimana tahap perencanaan dalam pengadaan obat ?
3. Apa saja yang dilakukan dalam perencanaan obat ?
4. Apa indikator Puskesmas mongolato dalam merencanakan kebutuhan obat ?
5. Apakah selama ini perencanaan obat terakomodir dengan baik atau tidak? Apabila iya atau tidak, mohon dijelaskan ?
Pengadaan dan penganggaran obat
1. Apakah di Puskesmas mongolato ada pengadaan obat ?
2. Bagaimana cara pengadaan obat ?
3. Pengadaan obat biasanya dilakukan dalam jangka waktu (per bulan atau per tahun ?
4. Apakah dalam pengadaan obat ada pembiayaan ?
Penyimpanan
2. Apabila sudah menerima obat dari instalasi Farmasi Dinas kesehatan Kabupaten Gorontalo apa yang pertama anda lakukan atu kerjakan?
3. Bagaimana proses penyimpanan obat
Pendistribusian
2. Apakah puskesmas Mongolato melakukan pendistribusian ?
3. Prosedur apa yang dilakukan Puskesmas Mongolato dalam rangka permintaan obat ke instalasi Gudang farmasi dinas kabupaten gorontalo ?
4. Bagaimana prosedur penyerahan obat dari instalasi Gudang farmasi dinas keshatan kabupaten Gorontalo ke Puskesmas Mongolato ?
5. Bagaimana Prosedur penyerahan obat dari Puskesmas mongolato ke Puskesmas-puskesmas pembantu ?
6. Apakah ada hambatan atau masalah dalam pendistribusian? Bagaimana cara anda memecahkan masalah tersebut ?
Penghapusan
1. Apakah di Puskesmas Mongolato ada penghapusan obat ?
2. Bagaimana cara anda mengatasi obat-obat yang sudah kadaluarsa atau expiredate ?